Bom Waktu Lumpur Ancam Kendari: Saluran Air Jadi Dangkal, Proyek Perumahan Diduga Sebagai Biang Keladi

Dulu Rutin dibersihkan pemerintah, kini saluran di Jalan Bypass Lepo-Lepo dibiarkan penuh endapan lumpur setinggi 2 meter. Warga hidup dalam cemas menanti banjir.

KLIKJURNAL.COM, KENDARI, SULAWESI TENGGARA – Kecemasan kini menjadi bagian hidup warga di sekitar Jalan Bypass Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga, setiap kali awan mendung menggantung di langit Kendari.

Saluran air utama yang selama puluhan tahun menjadi benteng pertahanan mereka dari banjir, kini telah berubah fungsi menjadi ‘bom waktu’ yang siap meledak dan menenggelamkan pemukiman mereka.

Kondisi saluran yang dulunya perkasa kini menyedihkan. Terjadi pendangkalan parah akibat endapan lumpur yang diperkirakan mencapai ketebalan 1 hingga 2 meter. Di atasnya, rumput liar tumbuh subur, semakin menghambat aliran air dan mengubahnya menjadi sumber bencana. Hujan gerimis pun kini cukup untuk membuat air meluap ke jalan dan pekarangan rumah warga.

Potret Dulu dan Kini: Dari Penjaga Menjadi Ancaman

Menurut kesaksian warga yang telah lama bermukim di area tersebut, kondisi ini sangat kontras dengan beberapa tahun lalu. Saluran air tersebut awalnya memiliki lebar ideal sekitar 3 meter dengan kedalaman mencapai 2 meter, sangat efektif menampung debit air bahkan saat hujan deras melanda.

“Dulu salurannya bagus, luas, dan dalam. Biar hujan deras tidak ada masalah, aman-aman saja,” ungkap salah seorang warga kepada media.

Namun, potret ideal itu kini tinggal kenangan. “Sekarang dangkal dan berumput, penuh kotoran dan lumpur. Kalau hujan sedikit saja, airnya langsung meluap dan banjir,” keluhnya dengan nada cemas.

Niat warga untuk melakukan kerja bakti membersihkan saluran secara mandiri pun harus pupus. Mereka mengaku tak berdaya menghadapi pekat dan tebalnya lumpur. “Kami masyarakat mau bertindak seakan tidak mampu karena dalamnya lumpur ini sekitar 1 sampai 2 meter,” tambahnya.

Pembangunan Perumahan BTN Diduga Jadi Pemicu
Warga menaruh curiga besar pada aktivitas pembangunan perumahan bersubsidi (BTN) yang masif di kawasan hulu. Menurut pengamatan mereka, masalah pendangkalan ini mulai muncul dan semakin parah sejak proyek-proyek tersebut berjalan. Material pasir dan lumpur yang kini memenuhi saluran diduga kuat berasal dari sana.

“Ini bisa jadi penyebabnya. Dulu sebelum ada pembangunan BTN, aman-aman saja. Pasir yang meluap sampai setinggi ini diduga kuat dari BTN,” tegas warga tersebut. Ia menambahkan, aliran air dari kompleks perumahan baru tersebut tidak diarahkan ke sungai, melainkan langsung dibuang ke saluran drainase warga yang sudah ada. “Sekarang, hujan rintik saja pasirnya sudah naik memenuhi saluran.”

Perawatan Rutin yang Sirna dan Harapan Warga

Kekecewaan warga semakin memuncak saat mengenang bahwa pemerintah daerah sebelumnya rutin melakukan perawatan. “Kalau dulu, Pak, pemerintah biasa bersihkan saluran ini dua kali sebulan,” kenangnya.

Hilangnya perawatan rutin, ditambah dengan dugaan kiriman lumpur dari proyek pembangunan, telah menciptakan kombinasi masalah yang sempurna. Warga kini merasa ditinggalkan dan pasrah dengan keadaan.

Melalui keluhan ini, mereka berharap ada perhatian serius dari dinas terkait. Warga meminta Pemerintah Kota Kendari untuk segera turun tangan melakukan normalisasi saluran secara total.

Lebih dari itu, mereka mendesak pemerintah untuk meninjau kembali Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari proyek-proyek pembangunan di sekitar wilayah mereka, sebelum bencana banjir yang lebih besar datang dan menimbulkan kerugian.(Redaksi)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *